Cerpen
mahasiswa
Papua
Belajar dari terkecil berfikir cerdas dan positif
Foto penulis pribadi Oleh : GIPEUGITOYAI Nama pangilan kampung artinya (Burung Pipit gunung yang merayap diatas gunung Disamping, kiri, kanan.) (Gepedy/KW.Com)
Kabarwone.com. Jakarta l Anak mudah juga perluh rumuskan pengalaman-pengalaman yang dapat kita lakukan hari ini, itu bagian dari dasar proses belajar mengajar diri agar masalah tersulit apapun nanti, kami mampu dan bisa diselesaikan sendiri .
Ceritakan masa depan untuk sekarang
Saya sering dengar nasehat dari orang tua, orang tua yang berambut putih tinggal di daerah pelosok, sempat orang tua mengatakan kepada saya bahwa begini anak kamu itu perjuangan masih panjang entah, semuanya akan berkembang dari berawal dan apapun yang kamu jalani keadaan menderita ini. Kedepannya akan membawah 50 % (lima puluh persen) kedamaian ‘artinya, kehidupan baru.
Perlunya, lancar berkomunikasi antara semua orang
Setiap proses membutuhkan binaan dari pengalaman orang, ayah atau ibu sehingga kepada anaknya akan bertumbuh menjadi matang secara pengetahuan kemudian setelah sampai momentum anak juga mau berperang dunia kerja.
Diantara kami banyak cara teknisi tetapi kurangnya, fokus.
Rata-rata orang meeyoka semakin berkurang cara teknisi dari terkecil ini karena merasa diri ready bisa berfikir positif itu jadi mau lakukan apa lagi jika kembali melakukan ulangi lagi berarti terlambat., “ ujarnya .
Orang Jawa cerdas-cerdik merupakan terdidik dari hal-hal kecil dan kemudian target dari orang tua kepada anaknya, bahwa bagaimana anak ini satu hari kemudian mendapatkan skill yang baik dan bagus sehingga bisa dimengerti, oleh karena itu ketika saya perhatikan mereka begini satu sempat disitu itu tiap sore anak-anak rame sekali.
Saya juga tidak begitu lihat perhatikan dari samping kiri mereka tetapi saya pun berusaha untuk bagaimana bisa bergabung dalam kelompok dengan mereka.
Sebelum bergabung dengan mereka diri pun mengajukan pertanyaan sendiri disitu
1. Sedikit waktu sendiri berpikir-pikir menghilangkan rasa malu diri ketika bergabung dengan mereka
2. Saya bergabung ini tidak hanya mengajar mereka tetapi saya pun berusaha bagaimana kami sama sama belajar dengan adek-adek
3. Sempat guru bertanya kepada saya ketika saya bergabung dengan adek-adek, hallo adek masa kamu bisa begitu sih kenapa adek bergabung dengan adek adek begini itu.
4. Saya pun diam diri karena malu besar terhadap dengan adek-adek, "malunya, dimana? tingkat pendidikan bedah jauh dari mereka sehingga ibu berkata kepada saya adek tidak apa-apa datang bergabung dengan mereka terutama rajin fokus pada tujuan itu saja intinya " bebernya,
5. Lanjutnya, saya juga senang sekali ketika setelah bergabung dengan adek-adek, karena disini itu mereka belajar cara cara yang paling kecil, kalau kita anak timur berpikir itu nanti saja karena gampang .
Satu Minggu kemudian setelah saya juga bergabung dengan mereka diantara kami, adek laki-laki satu sempat menceritakan dengan saya bahwa kaka kamu ini waktu kamu dari Indonesia Timur itu belajar seperti apa saja biar adik juga mau ambil pengalam-pengalaman dari kalian yang biasa beraktivitas disana itu "katanya.
Saya pun tidak shareng baiknya , kecuali itu faktanya , jika saya sharing tambah bumbu ini itu dan lain-lain dibaliknya ada maknanya, saya share dengan adik begini, kami anak-anak yang dari Indonesia Timur proses mendidikan dari orang tua kurang 1% (satu persen) saya lihat disini di Indonesia barat itu belajar lebih-lebih dari papa & mama tetapi jika kami orang timur lebih-lebih ke sekolah dan bertanya yang kami orang timur akan mendapatkan pengetahuan melalui itu.
Saya berpesan kepada generasi penerus dibawah SD SMP yang di daerah pelosok, bersyukurlah guru-guru asing bisa mengajar setiap kampung, apalagi kami yang dulu tidak seperti sekarang kalian. Rajin adalah sala satu peluruh jendela dunia akan ditembak.
Reporter : Adalah anak pinggiran yang berkuliah di Daerah rantau di jawa (*)
Editor : redaksi Gipeugitoyai (kabarwone.com)
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar